Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Komponen Utama
Sistem
ABS merupakan kombinasi dari sistem elektronik dan hidrolik untuk
mengatur pengereman masing-masing roda agar menghindari roda terkunci.
Komponen utama ABS secara umum adalah:
1.Speed sensor
Speed
sensor berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kecepatan
masing-masing roda, informasi ini diperlukan agar sistem dapat
mengetahui roda mana yang sedang akan terkunci. Speed sensor ini dapat
terpasang terpasang pada setiap roda, atau ada juga yang dipasang pada
diferensial.masing-masing roda agar menghindari roda terkunci.
2.Valves
Terdapat sebuah valve pada open masing-masing rem yang dikontrol oleh ABS, valve ini memiliki tiga posisi:
· 1.Valve terbuka (open), tekanan dari master cylinder diteruskan langsung ke rem.
· 2.Valve
menutup jalur dan mengisolasi rem roda yang bersangkutan sehingga
mencegah tekanan terus meningkat pada saat rem ditekan lebih kuat.
· 3.Valve melepaskan (release) tekanan pada rem.
3.Pump
Valve melepaskan tekanan pada rem, oleh karena itu maka harus ada alat yang mengembalikan tekanan pada rem, dan inilah fungsi dari pompa tersebut.
Valve melepaskan tekanan pada rem, oleh karena itu maka harus ada alat yang mengembalikan tekanan pada rem, dan inilah fungsi dari pompa tersebut.
4.ABS Controller / Computer
Perangkat ini berfungsi untuk memantau informasi kecepatan yang diperoleh speed sensor dan mengatur masing-masing valve.
Prinsip Kerja ABS
Salah satu algoritma
cara kerja dari sistem ABS secara sederhana adalah dengan memonitor
speed sensor pada roda sepanjang waktu untuk mencari terjadinya
perlambatan (deceleration) yang tidak wajar. Tepat sebelum terkunci,
roda akan mengalami perlambatan yang sangat cepat. Apabila dibiarkan,
roda akan berhenti jauh lebih cepat dari mobil, misalnya mobil yang
bergerak dengan kecepatan 60 mil per jam akan berhenti dalam 5 detik,
namun roda yang terkunci akan berhenti berputar dalam waktu kurang dari 1
detik. ABS Controller kemudian membaca perubahan yang “tidak mungkin”
ini dan mengurangi tekanan (release) pada rem tersebut sampai kembali
terjadi akselerasi dan kemudian meningkatkan tekanan(pumpi ng) lagi
sehingga menimbulkan deselerasi lagi. Sistem ABS dapat bekerja dengan
sangat cepat dalam melakukan siklus tersebut, sebelum roda mengalami
perubahan kecepatan yang signifikan. Hal ini menyebabkan roda melambat
dengan perlambatan yang sama dengan mobil, dengan rem menjaga roda
sangat dekat dengan titik dimana roda akan mulai terkunci (lock up).
Kondisi ini menghasilkan daya pengereman yang maksimum pada sistem,
begitu juga hal ini dapat menjaga roda terus berputar sehingga tetap
dapat dikendalikan.
Kesimpulannya, prinsip
utama dari sistem ABS adalah mengontrol kecepatan putaran roda dengan
cara mengontrol tekanan pada jalur sistem pengereman. Dengan demikian
dicapai kondisi dimana roda sedang tepat sebelum terkunci, yang mana
akan menghasilkan pengereman yang paling efektif.
Ditinjau dari sistem
kontrolnya, sistem kontrol traksi merupakan sistem yang mampu
mempertahankan ratio slip diantara ban dan permukaan jalan dengan cara
mengontrol peralatan-peralatan guna memberikan perlawanan percepatan
terhadap perubahan kondisi permukaan jalan. Peralatan itu tersebut,
yaitu:
- Kontrol Torsi Engine, berfungsi mempertahankan kondisi steady state plant.
- Kontrol Torsi Pengereman, mencegah keberadaan torsi dengan memberikan gaya gesek yang berbeda di antara kedua roda penggerak.
Sistem kontrol traksi direncanakan untuk
mencegah roda melintir dengan gaya akseleratif yang tinggi, dan
pemasarannya telah mulai dilakukan sejak tahun 1987. Kraf (1990),
Rittmanssberger (1998), Kiyotaka (1991), menyatakan bahwa antiskid
controller mengatur roda slip dengan torsi pengereman, biasanya pada
keempat rodanya. W Shields Neeley (1994), menyatakan bahwa peren canaan
kontrol slip dengan NeuFuz dapat dilakukan untuk sistem kontrol traksi
dan sistem ABS.
Armin Czinczel (1991) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kebutuhan akan sistem kontrol traksi
untuk kendaraan FWD merupakan optimisasi traksi. Oleh karena itu sistem
torsi pengereman sangat diperlukan. Tatsuhiko Abe (1996) melakukan
penelitian sistem kontrol traksi dengan HTCS (Hybrid Traction Control
System) yang menawarkan kinerja dalam hal memperbaiki TCS dengan EIB
(Engine Inertia Brake).
Komponen-Komponen Kontrol Traksi tersebut meliputi :
- Wheel Speed sensor, sensor yang memberikan informasi kepada ABS untuk ditindak lanjuti.
- ECU (Electronic Control Unit) Input amplifier IC menerima sinyal dari wheel speed sensor,
- sinyal frekwensi tersebut memberi perintah tentang kecepatan roda penggerak. Microcontrollernya akan memproses sinyal-sinyal percepatan dan kecepatan roda penggerak. Datadata ini akhirnya akan menyiapkan basis perhitungan dalam menentukan nilai akhir yang dibutuhkan untuk kendali slip.
- Hydraulic Unit
- Electronic throttle control actuator
- Simplified throttle control actuator
- Fuel injection dan ignition control (Pengurangan tekanan pompa mesin secara perlahan-lahan).
Gaya-gaya yang bekerja
pada sebuah roda kendaraan jika terjadi permukaan jalan yang tidak
merata. Dapat dihitung gaya propulsi maksimum yang terjadi sebagai
berikut:
FP = FH +FL = 2FL+FB (1)
di mana:
FP = Total gaya Propulsi
FH = Total gaya transmisi untuk jalan dengan μH
FL = Total gaya transmisi untuk jalan dengan μL
FB = Gaya pengereman
μL = Koef pengereman rendah
μH = Koef pengereman tinggi
Gaya gesek yang disebabkan oleh slip yang terjadi diantara roda penggerak dan permukaan
jalan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Ff,r = μ .Wf,r (2)
di mana:
Ff,r = Gaya penggerak (front,rear)
μ = Koef.gesek rear dan front
Wf,r = Berat penggerak (front,rear)
Dengan ketentuan slip(χ) roda-roda sebagai berikut:χ = (Rω-VB)/VB (3)
di mana:
VB = Kecepatan kendaraan
ω = Keceparan anguler roda
R = Jari-jari roda penggerak
Secara umum untuk torsi juga akan maksimum (zero slip), dengan rumusan sebagai berikut:
Tmaks=N.μ.R (4)
di mana:
Tmkas = Torsi maksimum
N = Gaya normal pada roda
μ = Koef gesek permukaan
Sehingga kita dapat menggunakan
persamaan diatas menjadi sebuah simulasi yang nantinya dapat kita
gunakan untuk mensimulasikan fungsi dari ABS agar dapat digunakan dan
lebih aman.
Mohon bantuannya agar dapat terealisasi,,.^_^
0 komentar:
Posting Komentar